Senin, 06 Februari 2017

Pentingnya kesepakatan dalam rencana

Hari yang melelahkan, di akhir Minggu.
Menjalani serangkaian hari dan mengakhirinya hanya dengan melingkar di samping bayi yang terlelap itu sudah cukup mengganti energi yang terkuras. Ahad pagi tak seindah yang kurencanakan, kami masih saja berdebat tentang persiapan, siapa yang hadir dan siapa yang berperan jaga gawang. Lagi-lagi komunikasi macet, jadilah si Abang terlambat ke training ESQ nya..(i am sorry for this,honey).
Sesi orang tua pagi itu tak bisa membetot fikiran saya untuk konsentrasi, yang ada di otak M melayang layang segala gundah dan kecewa. Pas giliran berdoa barulah saya khusyuk meminta sang Maha Rahim melapangkan hati yang sedang kesal..Alhamdulillah stress release.

Sore saat harus menjemput pun tak berjalan seperti yang kami sepakati, kami datang disaat para orang tua sudah turun lift, yang artinya acara sudah lama usai. Ugghh..rasanya kesaaal juga kecewa tak bisa melihat Abang menyelesaikan sesi terakhirnya.  Dan kamipun pulang dalam diam.
Entahlah..saya malas sekali membuka obrolan dengan suami, yah kecewa itu masih ada. Saat bayi sudah lelap, saya beringsut ke kamar sebelah, karena suara suara mereka masih saja gaduh saat jam tidurnya. Saya memancing tentang apa yang membuat mereka senang hari ini, dan apa yang membuat mereka kecewa. Satu persatu menjawab..dan benar, Abang kkecewa Mama dan papa nya datang terlambat. 'Duuh saya ngga bisa menyembunyikan raut sedih, akhirnya jujur bahwa saya pun kecewa, sembari meminta maap melewatkan satu moment penting Abang ziyad. Setelah menemani mereka terlelap, saya menafakuri apa yang terjadi hari ini.


Komunikasi bersama pasangan seringkali macet, terkadang kami tidak menyadari bahwa pada dasarnya kita berbeda, dengan karakter dasar, dan lingkungan keluarga yang berbeda, sedikit banyak akan mempengaruhi cara pandang kita masing-masing. Namun kita terjebak pada pandangan 'karena kita menikah maka kita harus sama' , padahal kesamaan itu adalah pemahaman dan penerimaan bahwa kita berbeda, bukan berarti karena kita berbeda lalu kita tak bersama.seringkali ketaksamaan ini menjadi penghalang, merasa tak kompak, ngga enak hati menolak, keterpaksaan yang akhirnya membuat kita berubah menjadi orang yang berbeda.
Yah..sampai kini, kami masih mencoba merekatkan perbedaan-perbedaan ini agar menjadi selaras dan seirama.

Banjarmasin, 5 januari 2017

#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar