Selasa, 28 Februari 2017

Saat harus berdamai dengan keadaan

Hari kedua, sesuai perkiraan si sulung drop, dan latihan kemandiriannya saya tunda dulu, karena demamnya naik turun sepanjang malam, dia jadi tak nyenyak tidur, subuh pun terbangun karena mau BAK, jadi saya anggap bangun tubuhnya bukan bagian dari latihan kemand Desirian. 
Sedangkan adik - adiknya masih dalam tahap penyesuaian, jadilah saya cerewet mengingatkan bila mereka lalai dengan kewajibannya. Pagi dan siang berjalan normal, namun saat jelang sore, waktunya jam mengaji, mereka kompak main hujan di Selasar belakang, jadilah mereka mandi hujan, bisa ditebak baju bekas hujan hujanan bertebaran, saking hebohnya mereka lupa rule nya, dan kembali saya 'ceramah' tentang kesepakatan kemarin.Memang kita tak bisa mengharapkan hasil yang instan dari sebuah latihan, namanya juga berlatih, dalam prosesnya akan menemukan gagal dan berhasil itu wajar, jadi hari ini kita belajar hikmah saja. Contohnya saat mereka selesai hujan-hujanan,membersihkan diri dan lupa handuk ditaruh dimana, jadilah mereka kedinginan. Andai mereka konsisten menjemur handuk di jemuran tentu tak sulit menemukannya, begitupun dengan pelajaran aurat, saya menekankan rasa malu pada mereka untuk aurat yang terlihat.
Malam ini saya mengevaluasi diri, tentang si sulung yang sakit, berusaha tetap fokus perhatian pada kesehatannya, mengalihkan latihan kemandiriannya dengan memberikan waktu belajar akademik secara mandiri saat badannya mulai enakan. Yang saya lihat sih dia cukup senang membaca
Malam ini juga, saat saya menuliskan laporan ini, memeriksa kondisi anak anak, ternyata Zaki mulai demam, otomatis akan mengganggu program berlatih kami, tepatnya sih bukan mengganggu, tetapi pasti di beberapa hal memerlukan penyesuaian. Demikian pula dengan saya sebagai coach, mulai terlihat tanda-tanda menurunnya antibodi tubuh. Mau tak mau saya harus sehat untuk anak-anak, jadi yang pertama saya lakukan adalah memperbanyak asupan dan disuport vitamin. Semoga esok lebih baik.aamin

Banjarmasin,28 Februari 2017
#day2
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Senin, 27 Februari 2017

Melatih kemandirian

Game 10 hari kemandirian anak
Sampailah kami di materi lanjutan Bunda sayang  tentang kemandirian, khususnya anak anak. Mandiri dalam arti mengerjakan sesuatu atas kehendaknya sendiri secara sadar dan sesuai dengan kemampuannya. Sebetulnya game kemandirian anak tidaklah sulit, karena setiap saat proses melatih kemandirian sudah berjalan dirumah, bedanya kini kami harus mencatat proses, kemajuan, dan melaporkannya.
Sebagai awalan, saya harus mengamati jenis kemandirian apa yang akan saya latihkan secara berkesinambungan, sesuai dengan masing masing usia dan kemampuan anak, keempat anak ini punya beberapa hal yang sama juga hal yang berbeda. Disitu tantangannya.
Selain itu, yang perlu dipersiapkan adalah komunikasi dengan semua anggota keluarga tentang rule of the game yang akan kita jalankan sepuluh hari kedepan, berikutnya adalah menyiapkan sarana dan prasarana agar proses melatih mandiri berjalan maksimal.
Jadi, saat sarapan pagi, mulailah saya sounding ke suami tentang game ini, persiapan dan sekaligus memintanya turut mensuport, syukur-syukur ikut terlibat bersama kami. Saat sarapan itu pula saya membuka pembicaraan tentang apa yang mereka inginkan dari saya, teringat game beberapa waktu lalu, mereka tak suka saya marah-marah. Sedikit saya kasih gambaran penyebab saya marah atau bersuara keras, salah satu penyebabnya adalah kelelahan, dan bila anak-anak sedikit saja lebih mandiri, maka itu sudah mengurangi kelelahan saya. sampai disini sih mereka paham dan siap kerjasama.
Sedangkan sementara anak-anak sekolah, saya membuat catatan kemandirian apa saja yang harus dicapai anak-anak dalam sepuluh hari ini.
Oke, saya mulai dengan si sulung, usia 9 tahun..target kemandirian, bangun subuh sendiri, taruh baju kotor di keranjang, jemur handuk.
Anak kedua usia 6 tahun, taruh baju kotor di keranjang, jemur handuk, bereskan tempat tidur
Anak ketiga usia 5 tahun, taruh baju kotor di keranjang, jemur handuk dan membereskan mainannya. Sedangkan bayi kecil, bermain sendiri saat Mama sibuk memasak.
Sengaja saya mengambil kegiatan yang sama, diharapkan ini menjadi habit mereka, selama ini cenderung cuek dengan Baju bekas pakai yang kadang tertumpuk di sudut kamar bersama handuk basah.
Nah tentang sarana prasarana, saya menyiapkan keranjang hijau di sudut kamar mandi tempat pakaian kotor, jemuran handuk kecil di Selasar belakang, Handphone untuk menyetel alarm subuh, dan diharapkan lemari baru untuk Azzam yang belum sempat terbeli, insyaAllah disegerakan.
Siang ini tibalah kami memulai game, sepulang sekolah Zaki Azzam saya ingatkan untuk bersih bersih dan sesuai rule, baju kotor masuk keranjang,Done. Tapi karena keranjang belum saya taruh di kamar mandi, jadilah baju baju kotor itu jadi sasaran main bayi Zayyan yang sedang mengeksplore kemampuan motoriknya, mengeluarkan baju kotor dari keranjang, kami pun malah ketawa bareng lihat tingkahnya.


Sesorean, kembali saya ingatkan, dan kali ini baju kotor tetap dalam keranjang, karena sudah saya tempatkan di kamar mandi, mereka cukup kooperatif di hari pertama, entah untuk tantangan bangun subuh bagi si sulung karena terkendala kesehatannya yang tiba-tiba terganggu (sedang demam). Semoga besok membaik dan kami memulai hari dengan semangat mandiri dalam 10 hari, Yeay..

Banjarmasin, 27 Februari 2017


#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Kamis, 23 Februari 2017

Menyimpan sisa tali pusat bayi

Awalnya dari postingan seorang teman di Facebook, dia membagikan salah satu tulisan seorang ustad, tentang larangan menyimpan tali pusat bayi. Sejenak saya terkaget kaget membaca isinya sampai tuntas, karena saya juga menyimpan sisa tali pusat keempat anak saya setelah Puput (lepas). Waktu itu sih memang ngga ada maksud apa-apa selain menyimpannya sebagai kenangan, suatu ketika saat mereka ulang tahun kebiasaan saya menceritakan bagaimana awal kehamilan proses mengidam, beratnya kehamilan, bahagianya menanti kelahiran, hingga proses persalinan saya ceritakan, dan si tali pusat itulah nanti yang akan melengkapi cerita itu. 'ini lho nak buktinya, kau dulu bayi yang hanya punya tali pusat ini untuk tumbuh di rahim mama' its sound dramatic ya..tapi bagi saya itu penting untuk meningkatkan bonding kami. Yah..selalu berulang tiap tahun, and they know the story very well.
Nah, di tulisan tersebut sang ustad menyebutkan larangan menyimpan tali pusat pada tiga hal, pertama sebagai obat, sebagian masyarakat masih percaya mitos bila anak sakit, diminumkan air rendaman tali pusatnya, maka bisa sembuh. Kedua sebagai ajimat, sebagian masyarakat juga masih ada yang percaya bila menyimpan tali pusat bayi maka akan mendatangkan kerukunan bagi pemiliknya, dan ketiga menyimpan. Sebagai kenang-kenangan. Saya sependapat di poin satu dan dua, karena keduanya mendekatkan bahkan menjurus pada kelistrikan, yang itu sangat berbahaya bagi keimanan kita pada Allah SWT. Namun pada poin tiga bagi saya masih abu-abu, karena memang secara hukum baik itu Al quran maupun hadis tidak ada anjuran secara khusus mengenai ini, demikian juga sebaliknya tidak ada hukum yang tidak membolehkannya, maka bila demikian menurut pemahaman saya hukumnya menjadi mubah, atau dibolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan syariat.
Masih penasaran dong saya, apalagi disitu disinggung bahwa menyimpannya pun bahkan hanya mengundang makhluk halus atau jin, karena ini adalah makanan mereka, saya masih ragu dengan ini. Akhirnya bertanyalah saya ke kakak sulung saya yang insyaallah lebih faham dari segi keilmuan agama, ternyata saya mendapat jawaban yang memuaskan, seperti yang saya sebutkan di atas bahwa menyimpan bagian tubuh (sisa tali pusat) khususnya memang tidak ada dalil khusus yang melarang maupun menganjurkan, jadi bisa diambil kesimpulan bahwa itu dibolehkan, dengan catatan selama tidak bertentangan dengan syariat. Sampai disini saya lega, karena maksud saya menyimpan dikenai hukum mubah, dan terhindar dari menyekutukan Allah SWT naidzubillahimin dzalik. Lalu tentang tali pusat dipercayai bisa mengundang makhluk halus/jin sehingga pemiliknya menjadi terganggu, sampai saat ini tidak ada dalil yang menceritakan hal itu. Jadi, kita mesti hati-hati menyikapi nya,percaya yang seperti itu salah salah malah jadi musyrik lho, Wallahu A'lam.
Setelah mendapat penjelasan tersebut, saya masih menyimpan tali pusat itu, entah sampai kapan, yang jelas tidak saya perlakukan khusus, dan bilapun manfaat (kenangan dalam bercerita) sudah tak dirasakan lagi, mungkin tali pusat itu akan saya kubur, karena bisa jadi  sisa tali pusat ini dikenai hukum memperlakukan bagian tubuh seperti ari-ari, yaitu dikuburkan. Bukan di bakar dan dibacakan ayat kursi seperti anjuran penulis. InsyaAllah cukup bismillah saja.

Sabtu, 18 Februari 2017

belajar konsisten dan Istiqomah menjalankan komunikasi produktif

Tantangan 10 hari selesai, yaeeyy...hasilnya apa yang saya dapatkan?? Banyaaakk..ngga nyangka ternyata pola nya bisa jelas terlihat, saat sebelum mengikuti tantangan, saat mengikuti tantangan dan setelahnya. Saya melihat polanya..menemukan sumber masalahnya, mencoba memperbaiki Daan kini saya mencoba mengistikomahi apa yang sudah saya jalankan sepuluh hari belakangan.
Rasanya kini lebih tenang menghadapi konflik ringan dalam keluarga, bersama pasangan maupun anak-anak, karena diniatkan untuk terus memperbaiki diri, ada rem dalam intuisi saya untuk melihat segalanya lebih dekat, tak reaksioner dan cenderung menghakimi. Bismillah..keep Istikomah

Menemukan pola komunikasi yang tepat dan produktif dalam rumah tangga

Alhamdulillah, tantangan sepuluh hari materi komunikasi produktif tuntas saya jalankan, meski terseok-seok. Dan ternyata, dari 10 hari tantangan ini, saya jadi menemukan pola komunikasi antara saya dan pasangan, juga dengan anak-anak. Menemukan bahwa kunci utama segala sumber masalah yang kerap mampir di kehidupan rumah tangga adalah komunikasi yang lancar dan produktif dengan pasangan,karena ketika itu terpola dengan baik, maka akan mudah selanjutkan kita bawa kepada anak-anak.
Terimakasih kepada para IIP khusus nya para fasilitator juga pengurus dan kordinator bulanan, tak lupa teman-teman yang senantiasa saling mensuport saat kita terseok mengerjakan tantangan, semoga tantangan ini menjadikan saya lebih baik dari hari ke hari.

Jumat, 10 Februari 2017

clear and clarify

"Neng, dimana botol minum?"
"Di meja, samping kulkas!"
"Dimananya?"
"Meja kecil samping kulkas, Deket toples peyek Yaang"

'Mesti deh, kalo nanya kamu tuh mesti detil, infonya ngga akurat'๐Ÿ˜Œ gitu kata suami.
Saya jadi mengerutkan kening,  dihitung hitung, dialog seperti ini sering terjadi, jadi menyangsikan diri apa iya ya saya tuh ngga akurat orangnya, padahal perasaan ngasih info sudah jelas, tapi masih dirasa kurang detil. Hal semacam ini tak jarang jadi perdebatan kecil antara kami.
Belum lagi jika kita salah menafsirkan info dari pasangan, ujung ujungnya bisa salah faham. Dalam komunikasi produktif di kenal clear and clarify, yaitu membuat pernyataan atau pertanyaan yang jelas, lalu jika dirasa kurang jelas maka kita bisa mengklarifikasi.
Jadi saat tadi nonton tv, saya kembali nyolek suami buat fokus sebentar.
'eh mas, kalo aku bicara memangnya suka ngga jelas ya?
' ngga' jawaban khas laki laki nih..
' trus kenapa suka bilang aku orangnya ngga detil'
' hmm..ya kadang gitu'
' ya udah..jadi kalo ntar ngobrol ada yang kurang pas atau kurang jelas, boleh kok menyampaikan ulang, jangan bosan yaa. Terus ntar kalo aku kebanyakan nanya ya mohon sabar ya..kadang ya berasa lemot juga, tapi kalo bisa mengindari salah faham kan bagus malahan'
' hmm..iya'  katanya..

Yaah semoga semakin sering berlatih, semakin terbiasa berkomunikasi secara produktif, maka semakin baik pula hubungan keluarga. Aamiin

Banjarmasin, 10 Januari 2017

#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Berempati dalam komunikasi

Ba'da magrib seperti biasanya, anak anak pulang dari mesjid. Si Abang yang pertama datang terlihat murung dan matanya sembab, langsung  ngeloyor ke kamar, saya ikutin dari belakang.
'ada apa bang?'
Masih diam, sulung ku tipe anak yang menyembunyikan sedihnya, dia diam, tapi raut mukanya sedih.
"Abang di kata-katain temen Abang yg kembar ma" akhirnya dia buka suara,
"Kata-kata apa emangnya?"
"Bungul (bodoh)"
"Abang ngga mau lagi bekawan sm mereka, Abang sumpahin keduanya berdosa, masuk neraka"
Saat sumpah serapah itu, wajahnya memerah marah.
Saya usap punggung nya, menyuruhnya mengambil nafas dalam dan menghembuskan pelan, mengajaknya beristigfar. Yang saya dengar hanya dengusan kesal dan marah, tetapi sambil saya bimbing beristigfar, akhirnya dia turut beristigfar.
Saya memeluknya, kesal, sedih dan marah adalah rasa yang mengiringi jiwa, keistiwaan yang Allah SWT kasih untuk kita sebagai manusia, maka sangat wajar bila kita merasakan itu, hanya saja Allah ingin kita melewati perasaan itu dengan cara yang baik, agar terlepas dari pengaruh syaitan. Istighfar dan memohon ampun kepada Allah serta mengembalikan segala permasalahan kepada Allah adalah lebih baik, setelah semua kita usahakan. Itu bernama tawakal.
Saya mencoba masuk melalui empati, hingga dia merasa nyaman. Berikutnya memberi penguatan personal padanya agar dia tetep percaya diri dan tangguh mengahadapi hal hal semacam ini.
' Abang, jika ada orang berkata seperti itu, belum tentu dia lebih baik dari Abang, juga dia tak cukup tau Abang bagaimana sebetulnya, cukup abaikan dan doakan yang baik, semoga dia lebih baik besok harinya, Allah kan maha membolak-balikkan balik hati setiap makhluknya. Lalu lupakan!'
'jika masih merasa sedih, kesal atau marah, segera tinggalkan..lebih baik bagi kita menghindari perkara yang sia-sia nak, Allah bersama orang-orang yang sabar! Inget kan innalloha ma'nga shaabirin..'
Dia tersenyum, lalu memelukku..apa Abang sudah lega? Dia mengangguk.
Entahlah..dia yang semakin dewasa atau kemampuan komunikasi  saya yang nambah sedikit, Abang lebih mudah diajak komunikasi, apa yang saya sampaikan ia terima dengan baik, perubahan positif sejak Abang ikut ESQ ( eh..bukan iklan ya).
Aah nak, di dunia ini akan ada banyak cobaan dan tantangan, semoga dirimu termasuk pada golongan orang yang sabar dan senantiasa memperbaiki diri, aamiin

Banjarmasin,9 Januari 2017

#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Rabu, 08 Februari 2017

Katakan apa yang ingin disampaikan

Senin, biasanya menjadi hari yang dinanti tapi juga bisa jadi hari yang paling ditakuti. Pagi itu Abang bersemangat kesekolah karena sepedanya sudah diperbaiki, tapi sebaliknya dengan Zaki dan Azzam, beberapa kali peringatan 'tertib pagi' mereka abaikan, meski sudah bangun, mereka berlama-lama di tempat tidur.
Saya yang masih sibuk dengan si bungsu, jadi tak fokus, entah kenapa pagi ini juga suasana hati sedang berkabut, akhirnya saya beri alarm peringatan, jika sudah berbunyi dan anak-anak belum siap, maka saya tak akan mengantar ke sekolah. Alarm Hp pun saya setel, apa yang terjadi? Mereka tetap males malesan, memang bersegera mandi namun tak pakai seragam, keduanya kompak tak mau sekolah hari itu.
Duh..saya keseel luar biasa, karena ini kali kedua Zaki memilih 'belajar dirumah" daripada di sekolah. Masalahnya hal ini tidak kita bahas malam sebelumnya, sehingga saya merasa keberatan kalo hari itu dia meminta belajar di rumah tanpa persiapan, karena hari itu saya harus membayar pendaftaran ulang SD nya Zaki, lanjut SPP dan tagihan rumah tangga lainnya, otomatis waktunya ngga bakal cukup saya alokasikan.
Saat suami tahu saya akhirnya memberi ijin mereka belajar di rumah dengan beberapa catatan, dia hanya berkomentar, 'terserah' 'duuh..rasanya kesal sekali, sedangkan dia tidak mengambil alih tugas saya di bagian membayar tagihan, karena lagi emosi saya menyampaikan dengan nada sindiran, bahwa kita berganti peran saja. Rupanya hal itu membuatnya tersinggung dan memilih menghindar.
Lagi- lagi saya memilih cara yang salah dalam menyampaikan maksud tujuan,  maksud hati ingin di mengerti dan dibantu, yang ada saya diabaikan.
Jadi pelajarannya adalah :
1. Jangan menyindir, tetapi katakan apa yang ingin disampaikan dengan jelas
2. Jangan berkata kata dalam keadaan emosi meningkat, selain intonasi meninggi, jantung berdebar kencang dan akhirnya lemas karena suplai oksigen kurang mencapai otak, timbullah rasa pusing dan lemas
3. Ambillah jeda waktu dengan menghindar sementara, itu akan membuat kita berpikir ulang untuk berkata kata atau berbuat.

Nah, besok akan saya coba lagi saat harus berkomunikasi dengan suami

Banjarmasin, 6 Februari 2017

#hari8
#tantangan 10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Senin, 06 Februari 2017

Pentingnya kesepakatan dalam rencana

Hari yang melelahkan, di akhir Minggu.
Menjalani serangkaian hari dan mengakhirinya hanya dengan melingkar di samping bayi yang terlelap itu sudah cukup mengganti energi yang terkuras. Ahad pagi tak seindah yang kurencanakan, kami masih saja berdebat tentang persiapan, siapa yang hadir dan siapa yang berperan jaga gawang. Lagi-lagi komunikasi macet, jadilah si Abang terlambat ke training ESQ nya..(i am sorry for this,honey).
Sesi orang tua pagi itu tak bisa membetot fikiran saya untuk konsentrasi, yang ada di otak M melayang layang segala gundah dan kecewa. Pas giliran berdoa barulah saya khusyuk meminta sang Maha Rahim melapangkan hati yang sedang kesal..Alhamdulillah stress release.

Sore saat harus menjemput pun tak berjalan seperti yang kami sepakati, kami datang disaat para orang tua sudah turun lift, yang artinya acara sudah lama usai. Ugghh..rasanya kesaaal juga kecewa tak bisa melihat Abang menyelesaikan sesi terakhirnya.  Dan kamipun pulang dalam diam.
Entahlah..saya malas sekali membuka obrolan dengan suami, yah kecewa itu masih ada. Saat bayi sudah lelap, saya beringsut ke kamar sebelah, karena suara suara mereka masih saja gaduh saat jam tidurnya. Saya memancing tentang apa yang membuat mereka senang hari ini, dan apa yang membuat mereka kecewa. Satu persatu menjawab..dan benar, Abang kkecewa Mama dan papa nya datang terlambat. 'Duuh saya ngga bisa menyembunyikan raut sedih, akhirnya jujur bahwa saya pun kecewa, sembari meminta maap melewatkan satu moment penting Abang ziyad. Setelah menemani mereka terlelap, saya menafakuri apa yang terjadi hari ini.


Komunikasi bersama pasangan seringkali macet, terkadang kami tidak menyadari bahwa pada dasarnya kita berbeda, dengan karakter dasar, dan lingkungan keluarga yang berbeda, sedikit banyak akan mempengaruhi cara pandang kita masing-masing. Namun kita terjebak pada pandangan 'karena kita menikah maka kita harus sama' , padahal kesamaan itu adalah pemahaman dan penerimaan bahwa kita berbeda, bukan berarti karena kita berbeda lalu kita tak bersama.seringkali ketaksamaan ini menjadi penghalang, merasa tak kompak, ngga enak hati menolak, keterpaksaan yang akhirnya membuat kita berubah menjadi orang yang berbeda.
Yah..sampai kini, kami masih mencoba merekatkan perbedaan-perbedaan ini agar menjadi selaras dan seirama.

Banjarmasin, 5 januari 2017

#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Minggu, 05 Februari 2017

Kelemahan


Aku Limbung dan terjatuh,
Namun aku tak sanggup menangis lagi
Ragaku lemah, batinku luka
Mencoba mengumpulkan kekuatan
Meraba sebelah mana luka perih itu
Mengoleskan obat sabar dan kepasrahan

Aku ambruk dalam kebodohan, dalam kelam penyesalan
Namun sebelah tangan masih mampu menyangga, sekirra aku masih bisa berdiri meski oleng
Aku tak punya tenaga untuk marah, marahku pada siapa?
Aku tak punya tangis manja, manjaku pada siapa?
Aku tak punya energi untuk berdebat, bantahanku untuk apa?
Aku merasa lemas, lemah dan tanpa daya
Aku akan diam dan tak bersuara

Menunggu pintu diketuk
Menunggu pelukan hangat
Menunggu lengan kuat merengkuh
Menunggu malaikat mengabarkan inilah waktuku.


Banjarmasin, 6 Januari 2017

Sabtu, 04 Februari 2017

Edisi menyemangati


Hari ini terasa panjang dan melelahkan, tapi sungguh banyak hikmah berarti bagi kami, pagi ini kami mengirim si sulung mengikuti training ESQ for kids, sebetulnya hal ini sudah diberitahukan beberapa Minggu lalu, namun begitu hari H, Abang mendadak 'manyun' dan enggan bersiap.
Suami udah mulai senewen karena jam bergerak cepat, beliau sudah sigap sedari tadi, sedang Abang masih terus mencoba mengulur waktu. Saya pun mengambil alih, mengambilkan jaket dan perlengkapannya, sambil menunggunya berdandan, saya mencoba berdialog
Saya : "abang kenapa, kok kelihatan ngga semangat?"
Abang : "Abang ngga mau ikut esq, mau main di rumah"
Saya :" Abang, beberapa waktu lalu kan sudah setuju ikut, kok tiba- tiba ngga mau? Ada apa?"
Abang diem aja, saya melanjutkan "apa karena game baru itu?"
Dari lirikannya,saya sudah bisa menebak.
"Bang, maksud Mama mengikutkan Abang di kegiatan ini agar Abang bertambah pengetahuan, bertambah pengalaman juga, main games masih bisa Minggu depan dan pasti teman-teman bersedia menunggu, tapi kegiatan ini hanya diadakan sekali dalam setahun, bersyukur Abang bisa ikut, karena tak semua anak - anak bisa ikutan"
Abang yang mulai tenang, tampak bergegas. Papa sudah manggil manggil. Sebelum berangkat saya peluk dan doakan dia, semoga hari ini menyenangkan buat Abang dan menjadi kebaikan kita semua. Dia pun berpamitan.
Tak berapa lama, suami malah sibuk sendiri, kunci kotor tiba-tiba tak ditempatnya, belum lagi ternyata bensin hampir nol, sekarang gantian yang uring-uringan beliau.
"Ma, tiap buru-buru mau pergi mesti begini deh, adaaa aja urusan yang ribet. Terus aja kaya gini, kebiasaan jadinya"omel beliau.
Saya narik nafas panjang sebelum menanggapi, "iiihh papa, sugesti positif dong ah..biar ngga buang energi, ganti jadi ceklis sebelum berangkat, gitu..kan lebih enak didengar, juga pasti apa yg disiapkan"
"Terserah deh,"katanya ketus.
"Be positif, sayang..yuk semoga selamat sampe tempat, dan ngga terlambat!" Saya mengelus lengannya
Mereka pun pamit, tatapan sedikit gundah mengantar mereka hingga pintu gerbang ditutup
Fii amanillah..bisikku

Banjarmasin, 4 februari 2017
#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip

Kamis, 02 Februari 2017

ketika sang penggembira rewel

"Mau martabaaak, huhuuu... Nggiiingg"
Ba'da magrib, sepulang shalat magrib di mesjid. Riuhlah rumah dengan tangisnya.
Setelah cek papa nya, ternyata Azzam mau martabak sepulang dari mesjid, karena papa ngga bawa uang, jadi pulang dulu kerumah, kecewalah dia..hingga menangis.
Sang papa berniat membelikannya, ambil dompet dan sebelum isya memesan martabak Untuk di bawa pulang setelah shalat isya.
Yaah..namanya anak,-anak, tak mengenal kata 'nanti' yang baginya akan bermakna ambigu, bisa dibelikan tapi bisa juga tidak. Belum lagi info yang didapatnya bahwa sang papa memesan dulu baru diambil kemudian, artinya tak bisa langsung menikmati. Rupanya info info itu tak ditangkap jelas sama Azzam. Alhasil makin menjadilah raungannya..hampir papanya hilang kesabaran dan memutuskan membatalkan rencana membeli martabak.
Sekilas tentang Azzam, dia anak yang hepi, selalu gembira dan menggembirakan, pengertian tapi juga senang tarik ulur untuk sesuatu yang dia suka maupun tidak. Jarang sekali rewel hingga tantrum hebat. Terakhir yang saya ingat..tantrum hebatnya adalah hari-hari penyapihan, selanjutnya..dia jarang sekali rewel. Maka saat malam itu dia rewel hanya karena belum dibelikan martabak, rasanya kami agak terganggu. Karena tangisannya menjerit jerit sambil menghentakkan kaki, Azzam kami tinggalkan di ruang tengah, kami ke kamar untuk menenangkan diri.
Sambil memijat lembut pundak suami, saya mulai mengutarakan kemungkinan Azzam menangis sejadinya, mungkin dia lapar, karena saat makan malam, tak terlihat ia ikut makan bersama abang-abangnya. Bisa jadi juga dia lelah karena tak tidur siang hari itu. Suami faham, dan mencoba mengajak Azzam berbicara saat ia tenang.
Tapi Azzam tidak segera tenang, meski sang papa sudah mengatakan akan mengabulkan keinginan nya.ternyata informasi nya masih saja kabur, penjelasan sang ayah tentang si dompet yang tertinggal di rumah tak penting buat nya, yang dia butuh adalah kepastian membeli martabak.
Suami berkata pelan sambil memeluk Azzam yang masih terisak Isak :'baik, kita beli martabaknya, seusai shalat isya di mesjid !' dan Azzam pun mengerti.
Tuh kan pap, tak sesulit tadi.
'Azzam,nanti dulu ya.. papa ga bawa uang, kita ambil dulu kerumah, sebelum shalat isya kita pesan, dan pulang dari mesjid kita ambil'
'huaaahhhhh..nggg..nggg..ngggg' itulah tadi yang terjadi๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚.
Yaah kita mesti sering sering berlatih kata-kata ya..

Banjarmasin, 1 Januari 2017
#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#bunsayiip