Rabu, 26 Oktober 2016

Mengelola rasa dalam rumah tangga


Menikah dengannya, menimbulkan rasa bahagia karena dia memilihmu diantara lainnya, rasa bangga bahwa akhirnya dirimulah pemenangnya. Seiring waktu berlalu, semua berjalan sempurna, suami yang shaleh, anak anak yang lucu dan menggemaskan, kecukupan rejeki dan hubungan keluarga yang harmonis. Dirimu berperan sebagai ibu yang sabar dan hangat untuk anak anak, istri yang sesuai tuntunan syariat, dalam kadar shalehah pandangan manusia. Segalanya terasa aman dan nyaman berumah tangga. Sesekali percikan tentu wajar terjadi, namun hal hal buruk seperti kdrt, perselingkuhan, kehilangan, tak pernah terpikir akan terjadi pada rumah tangga yang nyaris sempurna ini. Kita seperti sibuk di dunia kita sendiri, sampai dititik nyaman dan enggan melihat nyata dunia luar.
Lalu, seperti yang Allah janjikan bahwa setiap hambanya yang beriman akan diuji sesuai kemampuannya. Tiba -tiba rumah tangga diguncang prahara, seperti kereta yang tak berjalan di relnya, penuh goncangan dan hentakan, sesekali kereta bergoyang. Sesungguhnya Allah maha kuasa membolak balikan hati hambanya, Bahkan Allah SWT berhak menguji kita melalui ketakutan, kelaparan dan kekurangan.Terkadang kita merasa sudah berada diposisi aman ketika memenangkan hati suami, Berusaha semaksimal mungkin menjadi istri yang taat pada suami, Mengantar suami mencari nafkah dengan doa dan harapan keberlangsungan rumah tangga yang sakinah penuh berkah dan berlimpah kasih sayang.
Ketika kita merasa semua baik baik saja dalam jangkauan pandangan kita, bahwa kita selalu berhusnudzan dengan apa yang terjadi diluar sana, lalu luput melihat pada diri sendiri. Saat Allah menguji kesalihan suamimu, lalu Allah berkehendak untuk membuatnya terlena dalam kesesatan, memalingkan hatinya pada yang lain. Sebagai istri, kita tentu bingung, linglung seketika menjadi gamang. Kenapa semua terjadi, di saat segalanya terasa baik - baik saja, disaat diri berusaha menjadi yang terbaik, shalihah di matanya. Yaah disaat diri merasa benar dan tanpa cela karena sudah berusaha maksimal. Disisi lain pasangan tak menginginkan kita lagi. Kita sibuk menata rumah rapi, sibuk mendandani anak - anak, memberikan pendidikan pengasuhan yang terbaik, masakan yang lezat, hingga kita lupa cara tertawa renyah saat saling berlaku konyol, lupa cara mengerlingkan mata, untuk membuat hatinya berdebar, lupa cara membuat hatinya terpikat. Hingga akhirnya,semua berjalan membosankan dan dia mendapati semua itu diluar sana, pada orang lain.
Sakit hati dan kecewa adalah wajar sebagai manusia. Tapi kita tak boleh berkecil hati, bukankah Allah maha berkehendak? Saat hambanya tersesat, ketika Allah menghendaki memberinya petunjuk, bukankah itu bukan sebuah keniscayaan. Yah..sejenak merenunglah..bahwa ini semua adalah ketetapan Allah, Selalu berpegang teguh lah padanya, mintalah kekuatannya, mintalah petunjuknya..doakanlah pasangan kita, agar Allah menerangi jalannya kembali. Bila sudah sampai disitu, bahwa kita yang harus instrospeksi, terlepas pasangan kita juga. Mungkin cara mencintai kita yang salah, mungkin kita kurang waspada dengan bahaya yang mengintai diluar sana, terlena dalam zona nyaman hidup, lalu menganggap hal hal negatif jauh dari hidup kita.
Coba sesekali berkacalah, kapan terakhir bergelayut manja dipundak suami, bersolek indah hanya untuknya, mengajak mesra beribadah, atau bahkan memperdulikan kesukaannya. Segeralah memperbaiki diri, tanamkan mind set bahwa istri adalah sebaik baik penghibur suami, maka rawatlah diri, temukan hal baru yang menarik untuk sama- sama dinikmati, sesekali ambil inisiatif saat memutuskan sesuatu hingga tak hanya pasangan yang menentukan segala keputusan. Yah..kita harus berpikir keluar dari hal hal biasa yang kita lakukan, hal ini membawa gairah baru dalam hubungan suami istri, mematikkan percikan cinta yang mungkin hampir pudar. Karena sejatinya, seseorang  yang berpaling hatinya cenderung akan tertantang untuk mencari atau mendapatkan yang tidak biasa ia dapatkan dari pasangannya. Maka penuhilah.
Terkadang kita terjebak pada gambaran rumahtangga sempurna, lalu saat apa yang kita usahakan dengan gigih tak kunjung sempurna, kita menemukan kelemahan. lalu berhenti dan menyerah.
Sejatinya cinta dalam rumah tangga harus senantiasa dipupuk, dipelihara dan dirawat, maka saat badai itu datang masing- masing akan siap saling menguatkan pegangan, bahu membahu memperbaiki, kembali pada saat pertama akad terucap.  Semua kembali pada Allah ta'ala semoga kita dan pasangan diberikan kekuatan menghadapi setiap rintangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar